Kamis, 26 November 2009

Makna dan Tahap-Tahap dalam Proses Belajar Mengajar


BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang


Makna dan tahap-tahap dalam proses belajar merupakan bagian dari proses belajar yang termuat dalam ilmu Psikologi Pendidikan. Makna dan tahap-tahap dalam proses belajar sangat penting bagi kita untuk mengembangkan pendidikan pada anak sekolah, oleh karena itu kita sebagai calon tenaga pengajar setidaknya harus mengetahui dasar ilmu pendidikan dalam melakukan proses belajar mengajar, dengan tujuan agar pendidikan secara umum berhasil mencapai standar kompetesi secara khusus untuk kualitas anak didik itu sendiri.



Karena hal itulah yang melatar belakangi penulis mengambil judul "Makna dan Tahap-tahap Dalam Proses Belajar", dalam makalah ini penulis akan menyampaikan bagian-bagian dari makna dan tahap-tahap dalam proses belajar yaitu meliputi pengertian proses belajar, unsur-unsur dalam proses belajar, kebiasaan belajar dan tahap-tahap dalam proses belajar. Dengan demikian kita sebagai calon tenaga pengajar sudah mengetahui makan dan tahap-tahap dalam proses belajar dan dapat diterapkan kelak dalam proses kegiatan belajar mengajar.


Untuk bagian-bagian dari makna dan tahap-tahap dalam proses belajar yaitu meliputi pengertian proses belajar, unsur-unsur dalam proses belajar, kebiasaan belajar dan tahap-tahap dalam proses belajar akan dijabarkan dalam bab berikutnya.








B. Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :


1. Apa maksud (pengertian) dari proses belajar dan strategi belajar mengajar dalam proses belajar mengajar.


2. Unsur-unsur dalam proses belajar dalam proses belajar.


3. Bagaimana kebiasaan belajar anak dalam pandangan psikologi pendidikan.


4. Bagian dari tahap-tahap dalam proses belajar dalam psikologi pendidikan.



C. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan makalah yang penulis susun ini adalah :


1. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses belajar dalam ilmu psikologi pendidikan.


2. Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen untuk membuat makalah.



D. Metode Penulisan


Metode penulisan yang penulis pergunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu dengan menggunakan metode perpustakaan. penulis mengambil bahan dari buku yang ada hubungannya ( relevan ) dengan judul yang penulis bahas.



E. Sistematika Penulisan


Sitematika dalam penulisan makalah ini adalah :


1) Pada bab pertama penulis memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan metode penulisan dan sistematika penulisan.


2) Pada bab kedua penulis memuat tenntang makna dan tahap-tahap dalam proses belajar yaitu meliputi pengertian proses belajar, unsur-unsur dalam proses belajar, kebiasaan belajar dan tahap-tahap dalam proses belajar.


3) Pada bab ketiga merupakan kesimpulan dan saran-saran dari isi malakah yang dibahas.









BAB II



MAKNA DAN TAHAP-TAHAP DALAM PROSES BELAJAR





A. Pengertian Proses Belajar.


Sebelum mengetahui pengertian proses belajar, hendaknya kita menetahui dulu pengertian dari belajar dan mengajar dan startegi belajar. Pengertian belajar menurut beberapa ahli, yaitu antara lain sebagai berikut :


1. Mouly mengemukakan dalam bukunya " George J. Mouly, Psychology for Effective teaching, Holt, Rinchart and Winston, New York, hal.278 " bahwa belajar adalah pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengamalan.


2. Menurut Kimble dan Garmezi behwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasi pengalaman. ( Kimble,


Garmezy, Principle of General Psychology, Ronald Press, New York, 1963, hal 133 )


3. Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan. ( Garry, Kingsley, The Nature and Conditions of Learnin, Prentice Hall Englewood-Cliffs, New Jersey, 1970, hal. 15 )


Sendangkan yang dimaksud dengan mengajar menurut Nana Sudjana dalam bukunya "Apa dan Bagaimana Mengajar, Ideal, bandung 1975, hal. 3" Mengajar adalah bimbingan kegiatan siswa belajar atau mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkugan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar.


Sedangkan untuk memncapai keberhasilan dalam proses belajar kita harus memiliki strategi dalam belajar mengajar, adapaun yang dimaksud dengan strategi belajar mengajar secara umum srstegi mempunyai penertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan pola-pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.


Setelah kita mengenal pengertian diatas barulah kita akan mengemukakan pengertian dari psoses belajar tersebut. Dalam kepustakaan psikologi kita akan mengemukakan konsep learning yang sudah biasa kita terjemahkan menjadi "belajar". Secara sederhana proses belajar atau learning process menunjuk pada aktivitas individu. Secara teknis para ahli psikologi sudah mencoba memberikan batasan atau definisi yang beraneka ragam, namun semua merunjuk pada terjadinya proses perubahan tingkah laku individu. Fontana (1981: 147) misalnya, memberikan definisi learning sebagai "suatu perubahan yang terus menerus terjadi dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman". Definisi ini memusatkan perhatian pada tiga hal :


1. Bahwa belajar harus bersifat mengubah individu.


2. Bahwa perubahan itu merupakan hasil dari pengalaman.


3. Bahwa perubahan itu terjadi dalam perilaku individu yang memang mungkin.


Menurut Skinner (dalam Fotana : 1981) berpendapat bahwa proses belajar melibatkan tiga tahap seperti berikut :


Pertama : Adanya rangsangan atau stimulus (S) yang dihadapi oleh atau dihadapkan kepada murid.


Kedua : Lahirnya perilaku atau behavior (B)


Ketiga : Penguatan atau Reinforcement ( R ) yang mengikuti perilaku yang lahir.


Prinsip instrumental conceptualism dapat kita pahami dari pandangan Bruner (1966). Bruner (dalam Fotana : 1981) melihat proses belajar dari konsepsi psikologi kogniktif. Menurut pandangan Bruner (1966) proses belajar bukanlah semata-mata lahirnya perilaku yang disebabkan oleh adanya rangsangan yang diperkuat atau diperlemah oleh "penguatan" akan tetapi merupakan proses aktiv dimana seseorang menyimpulkan prinsip-prinsip dan hukum dan kemudian mengetesnya. Dengan kata lain, belajar bukan hanya aktivitas yang terjadi pada diri individu akan tetapi merupakan sesuatu yang terjadi atas usaha individu sendiri dengan cara mengolah informasi yang ada menerapkannya.


Jika terlihat lebih jauh dua kelompok pandangan tersebut berbeda dalam hal Skinner (1969) kurang memberi tekanan pada potensi individu sedangkan Bruner (1966) justru memberi tekanan pada potensi individu. Keudua pandangan tersebut sebenarnya tidak saling bertentangan, malah saling mengisi. Menurut konsep instrumental conceptualism proses belajar meliputi tiga jenis aktivitas mental sebgai berikut :


Pertama : Pemerolehan Informasi


Kedua : Pengolahan informasi kedalam bentuk yang layak untuk diterapkan.


Ketiga : Pengetesan dan pengecekkan kecukupan (memnadai tidaknya) perubahan bentuk informasi itu. (Bruner, 1973; Bruner and Angling, 1973)


Mengenai perubahan bentuk atau proses transformasi informasi, menurut Bruner (1966) berlangsung dalam tiga bentuk yakni " the enactive, the iconic, and the symbolic" (Bruner, Goodnow, and Austin : 1965)


Adapun uraian mengenai perubahan bentuk atau proses transformasi informasi, menurut Bruner (1966), yaitu sebagai berikut :


1. Bentuk " enactive" merupakan proses yang sangat opersional yeng tidak mengunakan citra (bayangan) maupun kata-kata tetapi berlangsung dalam tindakan (action) dan dapat diamati misalnya keterampilan motorik bersifat gerak fisik.


2. Bentuk "iconic" yang nampak sudah lebih maju dalam arti hal itu menggunakan bayangan atau imajinasi, meskipun masih belum menggunakan bahasa. Proses tersebut tentu banyak tergantung pemanfaatan pengamatan visual atau alat indera yang lain dan melukiskan konsep tanpa mendifinisikannya.


3. Bentuk "symbolic" merupakan proses yang lebih dari tindakan dan imanjinasi yakni dengan menggunakan bahasa. Perwujudan ini merujuk dan mengarah pada proses berpikir dan menunjuk proses belajar yang lebih abstrak dan luwes. Proses seperti ini memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam proses berfikir mendalam, (reflective thinking) dengan cara menyusun pernyataan, mencari contoh, dan menyusun konsep-konsep berfikir dalam suatu susunan yang hierarkis (berurutan).







B. Unsur-unsur Dalam Proses Belajar.


Apabila kita memandang belajar mengajar sebagai suatu proses, paling tidak ada empat pertanyaan, yaitu :


1. Ke mana proses tersebut akan dibawa ?


2. Apa yang menjadi proses belajar mengajar ?


3. Bagaimana cara melaksanakan proses tersebut ?


4. Sejauh mana proses itu telah berhasil ?


Pertanyaan pertama berkenaan dengan tujuan psoses belajar mengajar atau tujuan pengajaran, pertanyaan kedua mengenai isi atau bahan pengajaran, pertanyaan yang ketiga menyangkut metode dan alat pengajaran, dan pertanyaan yang keempat berkenaan dengan penilaian dan pengajaran.


Keempat aspek tersebut yakni tujuan, isi atau bahan, metode dan alat, serta penilaian adalah unsur-unsur yang membentuk terjadinya kegiatan pengajaran. Keempat unsur tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Tujuan akan mempengaruhi bahan, metode, dan juga penilaian. Demikian juga bahan akan mempengaruhi metode dan penilaian. Sampai pada giliran penilaian, dalam hal ini hasil penilaian akan mempengaruhi tujuan.


Setiap individu adalah untuk ( unique ) dan setiap proses belajar terjadi dalam diri individu yang memang unik. Walaupun secara umum dapat dilihat bahwa terdapat sejumlah faktor dalam diri individu yang mempegaruhi kemampuan individu untuk belajar yakni faktor efektif (emosional), motivasi, faktor kematangan, usia, jenis kelamin dan latar belakang sosial, kebiasaan belajar dan ingatan \ daya ingat, disamping faktor-faktor kogniktif seperti intelegensi dan aktivitas (Fontana : 1981 : 152)


Hal-hal yang mempengaruhi kemampuan individu untuk belajar yakni :


1. Faktor-faktor efektif.


Secara terbatas istilah efektif merujuk pada emosi atau lebih jauh mecakup segala hal yang berkenaan dengan kepribadian. Termasuk kedalamnya kecemasan yang antara lain bersumber pada rasa takut gagal, kebutuhan untuk dihargai (selfesteem) yang erat hubungannya dengan perhatian orang tua, dorongan, keajegan dan perilaku demokratis.


2. Motivasi.


Motivasi baik berupa dorongan untuk belajar yang datang dari dalam diri maupun luar dari anak memang sangat diperlukan untuk belajar. Dorongan dari dalam atau motivasi intrinsik mencakup dorongan antara lain ingin tahu (curiousity). Hanya dorongandari dalam memang tidak cukup, karena itu diperlukan dorongan dari luar seperti angka, kelas, laporan sekolah, tes, ujian dan pujian guru.


3. Usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor sosial.


Usia ada kaitannya dengan kesiapan (readiness) yakni kemampuan individu untuk melakukan suatu bentuk proses belajar. Seperti dikemukakan oleh Piaget berkenaan dengan usia ini memang terdapat tingkatan perkembangan berfikir mulai dari taraf sensorimotor yang paling rendah sampai pada taraf operasi formal yang paling tinggi, atau seperti dikemukakan oleh Bruner mulai dari konsep "enactive" sampai pada "symbolic".


Faktor jenis kelamin (laki/perempuan) juga ada kaitannya dengan potensi proses belajar. Seperti ditemukan oleh Devies et al (dalam Fotana 1981 : 156) pada umumnya wanita pada usia sekolah menunjukkan kemampuan verbal yang lebih dari pada laki-laki, sedikit membaca dan bicara dan memiliki banyak masalah keterbelakangan. Sedangkan anak laki-laki cenderung lebih maju dalam kemampuan numerik. Perbedaan pada kemampuan verbal dan bicara ini cenderung menghilang pada usia 16 tahun. Dari penelitian Conger dan Kagan (1979) ditemukan bahwa dalam seluruh usia wanita cenderung memiliki "rasa ingin dihargai" (self-esteem) lebih rendah dari pada laki-laki. Sedangkan dari segi latar belakang sosial, davie dan kawan-kawan (dalam Fotana, 1981 : 157) ditemukan bahwa anak yang terlantar secara sosial cenderung memiliki prestasi dalam semua mata pelajaran yang lebih rendah dari pada mereka yang datang dari lingkungan memiliki penghargaan terhadap sekolah yang lebih baik.



C. Kebiasaan Belajar.


Semakin tinggi usianya anak menjadi lebih bertangung jawab atas proses belajar, karena kebiasaan termasuk di dalamnya disiplin belajar menjadi semakain penting. Berkenaan dengan kebiasaan belajar. Ini ada beberapa hal yang perlu dperhatikan, antara lain sebagai berikut :


1. Target atau hasil kerja yang realistik antara lain rencana kerja ang terinci lebih baik dari pada yang besar-besar ( ambisius).


2. Hadiah (rewards) atas hasil pekerjaan perlu diperhatikan agar memperkuat minat dan semangat belajar.


3. Ketepatan waktu dalam belajar / bekerja.


4. Belajar keseluruhan dan bagian.


5. Pengorganisasian bahan belajar yang baik.


6. penyempurnaan program belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan.


Proses belajar banyak tergantung pada daya ingat (memory), secara singkat memory terbatas atas " daya ingat jangka pendek " (short-term memory) dan " daya ingat jangka panjang " (long-term memory). Objek informasi yang ditangkap melaui penginderaan disimpan dalam " short-term memory " kemudian dipindahkan ke "long-term memory ". Untuk terjadinya perpindahan itu dengan baik perlu adanya hal-hal seperti berikut :


a. Tempo, pengulangan dan pertanyaan.


b. Kesesuaian dan minat


c. Jenjang perhatian


d. Keguaan praktis


e. Makna


f. Kelebihan belajar


g. Hubungan dengan bahan yang telah dipelajari


h. Pengenalan dan pengungkapan


(Fotana, 1981 : 157)


Proses belajar merupakan kelangsungan terjadinya kegiatan antara sumber ilmu dan penerima ilmu. Adapaun jenis-jenis belajar antara lain sebagai berikut :


a. Belajar informasi


b. Belajar konsep


c. Belajar prinsip, dan


d. Belajar keterampilan.




D. Tahap-tahap Dalam Proses Belajar.


Proses belajar erat hubungannya dengan apa-apa yang seyogianya dipelajari Gagne dan Briggs (1974) mengemukakan ada lima kategori yakni :


1. Belajar keterampilan intelektual (intellectual skills)


Dalam belajar keterampilan intelektual (intellectual skills) terdapat tingkat kompleksitas keterampilan intelektual menurut Gagne (1970) sebagai berikut :


a. Belajar signal atau signal learning


b. Hubungan stimulasi-respon


c. Rangkaian respon


d. Asosiasi verbal


e. Diskriminasi


f. Konsep


g. Aturan / hukum


h. Pemecahan masaalah


2. Strategi berfikir (cogniktive strategies)


Strategi berfikir atau cogniktif strategy merupakan bentuk khusus keterampilan intelektual yang terorganisasikan secara internal dan mengatur perilaku individu. Keterampilan ini mencakup berbagai keterampilan yang digunakan oleh seseorang (Gagne and Briggs, 1972 : 47)


3. Informasi (information)


Berbagai jenis informasi dipelajari dan disimpan dalam ingatan sebagai hasil belajar di sekolah dan diperoleh diluar sekolah seperti dari buku, majalah, radio, TV dan sebagainya. Informasi yang dipelajari di sekolah memang sebagian besarnya sengaja direncanakan agar murid dapat mempelajari suatu mata pelajaran.


4. Keterampilan motorik (motor skills)


Keterampilan motorik merujuk pada kemampuan menampilkan gerakan-gerakan yang terkontrol oleh oleh kesempatan, kecermatan, kekuatan, kehalusan dari gerak tubuh. Belajar keterampilan motorik adalah belajar mengintegrasikan keterampilan bagian sehingga lebih bermakna.


5. Sikap (attitudes)


Sikap secara umum dapat diartikan sebagai suatu kecendrungan dalam diri individu untuk memberi respond an berbuat, menuntut cara belajar yang berbeda. Sikap dapat dipelajari dengan berbagai cara antara lain dengan metode langsung baik alami maupun direncanakan, dan metode tak langsung. Proses pemberian penguatan termasuk contoh metode langsung dan modeling atau percontohan sebagai contoh metode tak langsung.










BAB III



PENUTUP




A. Kesimpulan


Dari judul yang penulis bahas dalam makalah ini dapat menyimpulkan bahwa :


1. Secara sederhana proses belajar atau learning process menunjuk pada aktivitas individu. Secara teknis para ahli psikologi sudah mencoba memberikan batasan atau definisi yang beraneka ragam, namun semua merunjuk pada terjadinya proses perubahan tingkah laku individu.


2. Setiap individu adalah untuk ( unique ) dan setiap proses belajar terjadi dalam diri individu yang memang unik. Walaupun secara umum dapat dilihat bahwa terdapat sejumlah faktor dalam diri individu yang mempegaruhi kemampuan individu untuk belajar yakni faktor efektif (emosional), motivasi, faktor kematangan, usia, jenis kelamin dan latar belakang sosial, kebiasaan belajar dan ingatan \ daya ingat, disamping faktor-faktor kogniktif seperti intelegensi dan aktivitas (Fontana : 1981 : 152


3. jenis-jenis belajar antara lain sebagai berikut yaitu : Belajar informasi, Belajar konsep, Belajar prinsip, dan Belajar keterampilan


4. Gagne dan Briggs (1974) mengemukakan ada lima kategori tahap-tahap dalam proses belajar yakni :


a. Belajar keterampilan intelektual (intellectual skills)


b. Strategi berfikir (cogniktive strategies)


c. Informasi (information)


d. Keterampilan motorik (motor skills)


e. Sikap (attitudes)



B. Saran-saran


1. Pelajarilah psikologi pendidikan terutama isi dalam makalah ini yang berjudul makna dan tahap-tahap dalam proses belajar karena berperan sangat penting dalam proses pendidikan.


2. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dalam menerapkan psikologi pendidikan terutama masalah proses belajar dalam ruang lingkup pendidikan..









DAFTAR PUSTAKA




Noehi Nasution, M.A. Drs. Psikologi pendidikan. Universitas Terbuka, Depdikbud. Jakarta. 1994



Nana Sudjana,Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung. 1989



H. Mansyur, Drs. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka. Jakarta. 1997



Tidak ada komentar:

Posting Komentar