Kamis, 26 November 2009

Bimbingan dan Konseling


SEJARAH BIMBINGAN KONSELING




A. Di Amerika


Bimbingan dimulai pada awal permulaan abad ke-20, dengan didirikannya suatu "Vocation Bureau" tahun 1908 oleh Frank Parsons


Beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan diantaranya:



1. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, timbul suatu gerakan kemanusiaan


2. Agama


3. Aliran Kesehatan Mental (mental hygiene).


4. Perubahan dalam masyarakat


5. Gerakan mengenal siswa sebagai individu




B. Di Indonesia


v Sebelum kemerdekaan


Masa sebelum penjajahan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan Jepang


Ki Hajar Dewantara, dengan Falsafah dasarnya. Yang terkenal yaitu : "Ing ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani"






v Dekade 40-an : Perjuangan


Dekade 40-an ini, bagi bangsa Indonesia merupakan Tonggak sejarah yang sangat penting, karena di dekade inilah rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya yaitu 17 Agustus 1945.


v Dekade 50-an : Perjuangan


Menjelang dekade 50-an, pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia tercapai. Akan tetapi bangsa Indonesia masih harus menghadapi tantangan yang amat besar yaitu menstabilkan berbagai aspek kehidupan yang berkoyak koyak selama penjajahan dan perjuangan kemerdekaan.


v Dekade 70-an : Penataan


Setelah dirintis dalam dekade 60, bimbingan dicoba penataannya dalam dekade 70-an. Dalam dekade ini bimbingan diupayakan aktualisasinya melalui legalitas sistem, konsep, dan pelaksanaannya.


v Dekade 80-an : Pemantapan


Dalam dekade 80-an ini bimbingan diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang profesional.


Dalam dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV dan V yang ditandai dengan menuju lepas landas.


"Manusia lepas landas" berpusat pada tiga aspek, yaitu : mantel, disiplin dan integritas


Kiranya cukup jelas bahwa kegiatan bimbingan pada hakikatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa Indonesia secara keseluruhan.





PENGERTIAN, HUBUNGAN DAN KEDUDUKAN



BIMBINGAN KONSELING




A. Pengertian Bimbingan


Pelayanan bimbingan dan konseling di laksanakan dari manusia, untuk manusia, dan oleh manusia. Dari manusia artinya, Pelayanan itu di selenggarakan berdasarkan Hakikat Keberanian Manusia keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya..


Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut diselenggarakan demi tujuan-tujuan yang agung, mulia dan positif bagi kehidupan kemanusiaan menuju manusia seutuhnya, baik manusia sebagai individu maupun kelompok.


1) Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya yaitu (Frans Parson dalam Jones, 1951).


2) Bimbingan membantu individu untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan, dan pribadi yang mereka miliki atau mereka kembangkan, dan sebagai suatu bentuk bantuan yang sistematik melalui mana siswa dibantu untuk dapat memperoleh penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan terhadap kehidupannya (Dunsmoor * Miller, dalam Mc Daniel, 1969)


3) Bimbingan membantu setiap individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang dirinya sendiri. (Chisholm, dalam Mc Daniel,1959)


4) Bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu (Bernard & Fulhner, 1969)


5) Bimbingan sebagai pendidikan dan perkembangan yang menekan proses belajar yang sistematik. (Mathewson, dalam Bernard & Scmuller, 1969)



Hal-hal pokok yang terdapat dalam rumusan bimbingan di atas.


a. Bimbingan diberikan kepada individu


b. Bimbingan mempersiapkan individu untuk memasuki suatu jabatan


c. Bimbingan menyiapkan individu agar mencapai kemajuan dalam jabatan



Rumusan 2 (Dunsmoor & Miller, dalam McDaniel,1959)


a. Bimbingan berusaha untuk individu


b. Bimbingan berusaha memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan yang tersedia yang meliputi kesempatan pendidikan, jabatan


c. Bimbingan dilakukan secara sistematik


d. Bimbingan bertujuan agar menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan kehidupan


Rumusan 3 (Chiskolm, dalam Mc Daniel,1959)



  1. Bimbingan membantu setiap individu

  2. Bimbingan berusaha agar klien memahami diri sendiri




B. Pengertian Konseling


Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah (Jones, 1951)


Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi, dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan, isyarat pandangan mata, dan gerakan-gerakan lain dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman kedua belah pihak




C. Kedudukan Bimbingan Konseling


Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan yang menunjukkan pendidikan di sekolah, yang di gunakan sebagai metode atau alat untuk mencapai tujuan program pendidikan di sekolah




WILAYAH KEKHUSUSAN KONSELING




A. Konseling Traumatik


Konseling Traumatik adalah upaya konselor untuk membantu klien yang trauma melalui proses hubungan pribadi sehingga klien dapat memahami diri sehubungan dengan masalah trauma yang dialami dan berusaha untuk mengatasinya sebaik mungkin.




B. Keterampilan Dalam Konseling Traumatik


Ada 4 (empat) keterampilan yang dimiliki oleh konselor dalam Traumatik, yaitu :


1. Pandangan yang Realistis


2. Orientasi yang Holistic


3. Fleksibelitas, dan


4. Keseimbangan Antara Empati dan Ketegasan





LANDAAN BIMBINGAN KONSELING




A. Landasan Filosofi


1. Hakikat Manusia


Manusia adalah hasil evolusi binatang yang lebih rendah. Semula cikal bakal manusia tidak seperti keadaannya sekarang, melainkan lebih menyerupai kera. Nenek moyang manusia yang seperti kera itu terus berrevolusi, mengalami perubahan secara perlahan-lahan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan selama ber juta-juta tahun, dan akhirnya terwujudlah manusia dalam bentuknya sekarang.


2. Tujuan dan Tugas Kehidupan


Adler mengemukakan bahwa tujuan akhir dari kehidupan psikis adalah "menjamin" terus berlangsungnya eksistensi kehidupan kemanusiaan di atas bumi, dan memungkinkan terselesaikan nya dengan aman perkembangan manusia.



Tugas Kehidupan 1 : Spiritual


Dalam kategori ini agama sebagai sumber inti bagi hidup sehat. Agama sebagai sumber moral, etika dan aturan-aturan formal, yang berfungsi untuk melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian hidup manusia karakter hidup manusia dan gaya hidup perorangan di kembangkan dengan memperhatikan keharmonisan dengan Sang Maha Kuasa.



Tugas Kehidupan 2 : Pengaturan Diri


Seorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terhadap dirinya terdapat ciri-ciri rasa diri berguna, pengendalian diri, pandangan realistis, spontanitas dan kepekaan emosional, maupun merekayasa intelektual, pemecahan masalah, dan kreativitas, maupun be humor, bugar jasmani dan kekuasaan hidup sehat.



Tugas Kehidupan 4 : Persahabatan


Persahabatan merupakan hubungan sosial, baik antar individu maupun dalam masyarakat secara lebih luas, yang tidak melibatkan unsur-unsur perkawinan dan keterikatan ekonomis.



Tugas Kehidupan 5 : Cinta


Dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi amat intim, saling mempercayai, saling terbuka, saling kerja sama, dan saling memberi komitmen yang kuat.




C. Landasan Religius


1. Manusia sebagai makhluk Tuhan


Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan menekankan pada ketinggian derajat keindahan makhluk manusia itu serta peranannya sebagai khalifah di muka bumi.






2. Sikap keberagamaan


Kehidupan beragama merupakan gejala universal. Pada bangsa-bangga dan kelompok-kelompok manusia dari zaman ke zaman senantiasa dijumpai praktek-praktek kehidupan keagamaan




C. Landasan Psikologis


Landasan psikologis dalam bimbingan tantangan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku klien yang perlu dirubah atau dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya.




D. Landasan sosial budaya


Dimana pun dan bilamana pun manusia hidup senantiasa berbentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna menjamin baik keselamatan, perkembangan, maupun keturunan.




E. Landasan Pedagogis


Setiap masyarakat, tanpa terkecuali, senantiasa menyelenggarakan pendidikan dengan berbagai cara dan sarana menjamin kelangsungan hidup mereka. Boleh dikatakan bahwa pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial (Budi Santoso, 1992).









ASAS-ASAS, FUNGSI, TUJUAN DAN PRINSIP-PRINSIP



BIMBINGAN KONSELING




A. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling


1) Asas kerahasiaan


Segala sesuatu yang di bicarakan klien kepada konselor tidak boleh di sampaikan kepada orang lain, lebih-lebih keterangan yang tidak boleh atau tidak layak di ketahui orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam kunci usaha bimbingan dan konseling.


2) Asas Kesukarelaan


Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari pihak konselor.


3) Asas Keterbukaan


Dalam pelakasanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suatu keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun dari klien.


4) Asas Kekinian


Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa yang akan datang.


5) Asas Kemandirian


Pelayanan bimbingan clan konseling bertujuan menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor


6) Asas Kegiatan


Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan giat dari klien sendiri.


7) Asas Kedinamisan


Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.


8) Asas Keterpaduan


Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan sebagai aspek kepribadian klien. Sebagaimana diketahui berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak seimbang, serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.


9) Asas Kenormatifan


Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, hukum/negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.


10) Asas Keahlian


Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai.


11) Asas Alih Tangan


Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan jika konseling sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu, sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.


12) Asas Tut Wuri Handayani


Asas ini menunjukkan pada suasana namun yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan di sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso"




C. Fungsi Bimbingan dan Konseling


1. Fungsi Pemahaman


a. Pemahaman tentang dari klien.


b. Pemahaman tentang permasalahan klien


c. Pemahaman tentang lingkungan yang "Lebih Luas"






2. Fungsi Pencegahan


1. Pengertian Pencegahan


Dalam dunia kesehatan mental "Pencegahan" didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan yang menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi (Horner & McElhaney, 1993) dalam definisi itu perhatian lingkungan mendapat pemahaman utama.


2. Upaya Pencegahan


Sejak lama telah timbul dua sikap yang berbeda terdapat pencegahan khususnya dalam bidang kesehatan mental, yaitu sikap skeptic dan optimistic (Hornet & McElhaney, 1973). Mereka yang bersikap skeptic itu menganggap bahwa gangguan mental emosional itu tidak dapat dicegah


3. Pengentasan


Orang yang mengalami masalah itu dianggap berada dalam suatu keadaan tidak mengenakan sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari bendanya yang tidak mengenakan. Ia perlu diangkat dari keadaan yang tidak disukainya itu. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan adalah upaya pengentasan melalui pelayan bimbingan dan konseling.


a. Langkah-Langkah Pengentasan Masalah


Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita oleh individu-individu yang berbeda tidak boleh disamaratakan.


b. Pengentasan Masalah Berdasarkan Diagnosis


Pada Umumnya dikenal sebagai istilah yang berarti proses penentuan jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya.


c. Pengentasan Masalah Berdasarkan Teori Konseling


Masing-masing teori konseling itu dilengkapi dengan teori tentang kepribadian individu, perkembangan tingkah laku individu yang dianggap sebagai masalah, tujuan konseling, serta proses dan teknik-teknik khusus konseling



4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan


Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun perkembangan yang telah dicapai selama ini




C. Tujuan Bimbingan dan Konseling



Rumusan I (Hamrin & Clifford, dalam Jones, 1951)


Agar individu dapat :


- Membuat pilihan-pilihan


- Membuat penyesuaian-penyesuaian


- Membuat interprestasi-interprestasi



Rumusan 2 (Broad show dalam Mc.Daniel, 1956)


Memperkuat fungsi-fungsi pendidikan




Rumusan 3 (Shoben, dalam Bernard Fullmer, 1969)


Rekonstruksi budaya sekolah




Rumusan 4 (Tiedeman, dalam Bernard & Fullmer, 1969)


Membantu orang agar menjadi insan yang berguna




A. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling


Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang di gunakannya bersumber dari kajian filosofi, hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan dalam konteks sosial budaya, pengertian, tujuan, fungsi dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.


1) Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan.


Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan maupun kelompok.


2) Prinsip-prinsip perkembangan dengan masalah individu


Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positif. Faktor-faktor yang pengaruhnya negatif akan menimbulkan hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang akhirnya menimbulkan masa tertentu pada diri individu.


3) Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan


Kegiatan pelayanan bimbingan dan consoling baik diselenggarakan secara 'Insidental", maupun terprogram. Pelayanan "Insidental" dll kepada klien-klien yang secara langsung (tidak terprogram vatau terjadwal) kepada konselor untuk meminta bantuan.


4) Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan


Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling (baik yang bersifat "insidental" maupun terprogram) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional.


5) Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di sekolah


Dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling, sekolah lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah layanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dari dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan potensial sangat subur; sekolah memiliki kodnsi dasar yang justru adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi.







DAFTAR PUSTAKA




Ahmad Juntika Nurihsan, Dr. M.Pd, (2006) Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar kehidupan, PT. Refika Aditama, Bandung.



Andi Mapaire, Drs, (1984), Pengantar Bimbingan dan Konseliung di Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya



Dewa Ketut Sukardi, Drs, (1988), Bimbingan dan Konseling, Bina Aksara, Jakarta



Prayetno, Prof, Dr. Dan Erman Amti, (1994), dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan



Prayetno, Prof. Dr. dan Erman Amti, Drs, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Dewa Ketut Sukardi, Drs (2000). Pengantar pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta



Koestoer Partowisatro, H, A, Psy, (19085), Bimbingan dan Konseling di Sekolah-Sekolah Jilid I, Erlangga, Jakarta



Juhana Wijaya, Drs, (1988), Psikologi Bimbingan, Erasco, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar