Rabu, 27 Januari 2010

Ilmu adalah Kunci Kehidupan

Sebuah Hadits dari Ibrahim, Al Qomah dan Ibnu Mas'ud Radiallahu Anhuma bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mengajarkan satu bab dari ilmu, maka ia akan memetik hasilnya di akhirat dan di dunia. Dan Allah akan memberinya ganjaran seperti menempati dunia dengan berpuasa dan mengerjakan shalat malam yang makbul selama tujuh ribu tahun"


Demikian pula dalam riwayat Hadits yang lain dari Ibrahim, Alqomah dan Abdillah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Membaca Al-Qur'an adalah perbuatan Almukaffiyin, sholat adalah perbuatan orang yang lemah, berpuasa adalah perbuatan para fuqoro', berdzikir adalah amal para wanita, sedekah amalnya para dermawan dan berpikir adalah perbuatan para dlu'afa (orang yang lemah). Maka dari itu, maukah aku tunjukkan padamu suatu amal para pahlawan?"


"Apa amal para pahlawan itu, ya Rasulullah?"


Beliau menjawab, "Tuntutlah ilmu dan itulah cahaya bagi orang muslim di dunia sampai di akhirat." Selanjutnya Rasulullah bersabda, "Akulah kota Ilmu dan Ali adalah pintunya."


Adanya berita tersebut terdengar oleh orang-orang Khawarij dan berusahalah mereka menghasut Ali RA. Maka mereka mengumpulkan golongannya dan para pembesarnya. Mereka ingin membuktikan keahlian Ali RA sebagaimana telah dikatakan Rasulullah SAW yakni dengan cara menyoal Ali RA dengan beberapa hantaman pertanyaan. Jika Ali RA bisa menjawab, maka mereka akan mengakui kealimannya.


Datanglah seorang dari kelompok mereka kepada Ali kepada satu pertanyaan, "Hai Ali, lebih utama yang mana antara ilmu dan harta?"


Ali menjawab, "Ilmu"


"Berilah aku bukti"


Lalu Ali melanjutkan jawabannya, "Ilmu adalah warisan para Nabi. Sedangkan harta adalah warisan Qarun, Shaddad dan Fir'aun."


Kemudian ia pergi dengan jawaban ini.


Tak lama kemudian datang yang lain dan bertanya seperti yang ditanyakan kawannya tersebut di atas. Dan Ali menjawab, "Ilmu lebih utama daripada harta."


"Apa buktimu!"


Ali menjawab, "Ilmu akan menjagamu, sedang harta engkau yang menjaganya."


Lalu ia pun pergi.


Datanglah lagi yang lain dari mereka dan bertanya perihal yang sama, maka Ali menjawab yang sama pula (bahwa ilmu lebih utama daripada harta).


"Apa alasanmu?" tanya orang itu.


Maka Ali menjawab, "Karena harta, orang bisa banyak musuhnya, sedangkan dengan ilmu orang akan banyak sahabat."


Setelah itu si penanyapun pergi.


Kini datang seorang lagi, "Mana yang lebih utama, ilmu atau harta?"


Ali menjawab, "Ilmu."


"Apa alasanmu?"


Ali menjawab, "Jika kamu membelanjakan harta, maka ia akan berkurang. Tapi apabila kamu membelanjakan ilmu, maka ia akan bertambah."


Kemudian mereka pergi dengan membawa jawaban Ali itu.


Yang lain dari mereka datang lagi dan bertanya yang sama pula Ali pun menjawab yang sama seperti pada orang sebelumnya. Tapi ketika ia meminta bukti tentang keutamaan ilmu dari pada harta, maka Ali menjawab demikian"


"Orang yang berharta akan dibilang kikir atau bakhil, sedangkan orang yang berilmu akan disebut agung dan mulia."


Dan pergilah ia.


Kemudian datanglah yang lain dan menanyai Ali, "Mana lebih utama antara ilmu dan harta?"


Ali menjawab, "Ilmu."


"Mana bukti alasanmu?"


Maka Ali menjawab, "Kelak di hari kiamat, semua pemilik harta akan diperhitungkan atau diteliti. Sedangkan bagi orang yang memiliki ilmu akan mendapat syafa'at."


Hanya dengan jawaban seperti itu orang tersebut pulang. Datanglah lagi yang lain dari mereka dan ia pun bertanya tentang hal yang sama dan ia minta bukti pula. Maka Ali berkata, "Harta itu akan hancur sebab lamanya diam dan lalunya waktu. Akan tetapi ilmu tidak akan pernah rusak dan usang karenanya."


Maka ia pun kembali pulang.


Lalu menyusul lagi rekannya yang lain, dan bertanya, "Mana lebih utama ilmu ketimbang harta?"


Ali menjawab, "Ilmu lebih utama dari harta"


Kemudian ia minta bukti, maka Ali berkata lagi, "Harta akan mengeraskan hati, sedangkan ilmu akan meneranginya."


Lantas ia pun pergi.


Sedangkan yang terakhir dari mereka akan datang dengan pertanyaan yang sama dengan sembilan orang rekan sebelumnya. Dan Ali menjawab bahwa "Orang yang berharta akan dikatakan bersifat "Rubudiyah', karena hartanya. Sedangkan orang yang berilmu akan dikatakan bersifat 'Ubudiyah' semua itu karena ilmunya."


Kemudian si penanya itu pergi.


Sepeninggal mereka Ali berkata dalam hati:


"Seandainya mereka menanyakan lagi tentang hal yang sama, maka akan ku jawab dengan jawaban yang berbeda (lain) selama aku masih hidup."


Tidak lama kemudian, kesepuluh orang itu datang dengan bersamaan dan mereka mengakui kealiman Ali RA.





Sumber:


Syeikh Muhammad bin Abi Bakar, Senandung Burung Pipit Fatwa Sufi Pembebasan Hati Nurani, Yogyakarta: ITTAWA Press, 1995




Tidak ada komentar:

Posting Komentar